Kamis, 06 Oktober 2016

"KEBUDAYAAN SUKU MINANGKABAU"

Tugas Ilmu Budaya Dasar #1


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hallo semuanya! Perkenalkan saya Diajeng Anindita Prawesti, biasanya dipanggil Ajeng. Kalau dilihat dari namanya pasti kalian berfikir saya berasal dari suku jawa. Benar begitu? Ya bisa dibilang seperti itu namun kenyataan sebenarnya saya berasal dari keturunan suku minang. Kok bisa ya? Hayo…kenapa? Hehehehe tenang, itu terjadi karena ayah saya adalah keturunan padang dan ibu saya berasal dari jawa tengah. Jadi, itu alasan mengapa dalam nama saya masih tersematkan nama khas orang jawa. Seperti dalam judul, kali ini saya akan mengenalkan kebudayaan suku padang atau Minangkabau dan biasanya mereka menjuluki dirinya “urang awak”, negeri nan elok rupa dengan segala cerita dan pesonanya dalam negeri ini. Walaupun sebetulnya saya hanya mendengar dari orang tua dan keluarga saya dan tidak fasih dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Minangkabau, tapi saya ingin berbagi pengetahuan saya tentang suku Minangkabau.
Suku Minang sering disebut sebagai orang Padang atau Urang Awak. Mereka adalah kelompok etnis Nusantara yang berada di Sumatra Barat. Daerah asli tempat tinggal suku bangsa Minangkabau ini mencakup tiga kesatuan wilayah adat yang disebut luhak nan tigo. Ketiga luhak tersebut adalah Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota, dan Luhak Tanah Datar. Daerah yang selalu dianggap sebagai asal nenek moyang orang Minangkabau adalah Pariaman-Padang Panjang. Daerah itu terletak di kaki gunung. Anggota suku bangsa Minangkabau lebih suka menyebut daerahnya dengan sebutan Ranah Minang. Selain bahasa Padang, orang Minang juga menggunakan bahasa Melayu.

Sistem Sosial dan Kemasyarakatan
 Minangkabau mempunyai banyak arti yang pertama kabar yang diinang-inangkan artinya adalah kabar yang diidam-idamkan, ada juga pendapat lain yang mengatakan pertemuan dua buah hulu sungai, bahkan ada yang bilang menang kerbau.  Sistem kemasyarakatan masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis keturunan dari ibu).
Merantau bagi masyarakat Minang adalah sikap hidup yang sudah membudaya. Terdapat dua latar belakang mengapa masyarakat Minang merantau adalah keinginannya untuk mendapatkan kekayaan dan perselisihan yang mengakibatkan individu yang kalah akan meninggalkan kampung halaman. Walaupun masyarakat Minang merantau sangat jauh, mereka akan tetap mempertahankan kebudayaan kampung halamannya.
Berbicara soal kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Minangkabau, maka sisi religiusitas masyarakatnya tak dapat d pisahkan dari kesehariannya. Ada hal yang unik dari masyarakat Minangkabau. Kalau kita mengenal surau pada umumnya adalah sebagai tempat beribadah (sholat) semata, ternyata bagi masyarakat Minangkabau surau tak hanya sebagai tempat ibadah saja. Namun Surau waktu dulunya telah menjadi tempat tinggal bagi anak laki-laki yang mulai beranjak remaja. Di suraulah dulunya anak laki-laki yang mulai menginjak masa remajanya lebih banyak menghabiskan waktunya setiap hari. Di surau mereka belajar mengaji al Quran dan juga tafsirnya, ilmu hadis, Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan materi keislaman lainnya. Di surau juga mereka belajar tentang petatah-petitih adat Minangkabau, beladiri, randai, dan berbagai kesenian serta adat budaya Minangkabau lainnya. Di surau jugalah mereka ditempa dan dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang siap menanggung beban dan amanah di kemudian harinya.

Bahasa
Orang Minangkabau biasanya menggunakan satu bahasa daerah yang sama, yaitu disebut bahasa Minang, sebuah bahasa yang erat kaitaannya dengan Bahasa Melayu. Secara umum dialek bahasa minang yang dikenal dengan dibagi menjadi empat, yaitu : Dialek Tanah datar ,Dialek agam, Dialek, pesisir dan Dialek 50 kato Berikut ini beberapa kosakata minangkabau yang saya ketahui
Uda                 : kakak laki – laki
Uni                  : kakak perempuan
Ete                   : Tante
Ma’ uwo          : kakak perempuan dari orang tua
Pa’uwo            : kakak laki laki dari orang tua
Tarimo Kasih  : Terima Kasih

Kesenian
  •         Seni Tari

Meskipun banyak sekali tarian khas suku minang seperti Tari Rantak, Tari Piring, Tari Alang Babega, Tari Panen, Tari Layang-layang dan Galuak Sauik Randai. Namun Salah satu tarian yang pernah saya bawakan dengan teman-teman SMA saya adalah tari payung.



Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.
  •            Seni Drama
Randai adalah kesenian khas Minangkabau. Randai dilaksanakan dalam bentuk teater arena (pertunjukan arena). Unsur kesenian yang terdapat dalam randai meliputi seni drama, seni suara, seni tari, dan seni musik. Sumber ceritanya adalah kaba yang bertemakan budi, malu, susila, pendidikan dan menanamkan kesadaran berbangsa. Jadi, randai merupakan seni yang kompleks. Randai dilaksanakan dalam bentuk teater arena. Artinya, pertunjukan randai berlangsung di arena (lapangan terbuka). Pada zaman dahulu kala pertunjukan randai hanya dilakukan di lapangan. Adakalanya di lapangan khusus (medan) dan adakalanya di laksanakan di halaman rumah gadang. Lapangan atau halaman itu sekaligus tempat pertunjukan dan tempat penonton. Jadi pertunjukan randai bukan di ruangan, melainkan di lapangan. Namun seiring perkembangan zaman yang semakin maju, pertunjukan randai sudah ada yang dilakukan di ruangan tertutup yang luas.
  •         Senjata Tradisional
Senjata Tradisional dari daerah ini bernama karih, bentuknya seperti keris, biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat pria. Bentuknya seperti keris tapi tidak berlekuk.

 Makanan Khas
Sumatra Barat (Padang) terkenal dengan masakan-masakan memiliki rasa pedas karena masakan yang dibuat banyak mengandung rempah-rempah. Beberapa masakan yang terkenal dari daerah ini yaitu rendang daging dan sambal hijaunya yang begitu terasa sangat pedas. Jadi tidak jarang masyarakat rantauan dari daerah ini biasanya membuka restoran Padang dengan menu yang khas dari daerah ini.

Budaya yang mulai pudar dan hampir ditinggalkan masyarakat suku Minangkabau


Remaja mulai meninggalkan surau.
Peranan surau dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau hampir hilang. Padahal surau memiliki posisi yang strategis dalam pembentukan karakter masyarakat Minangkabau Pengaruh globalisasi yang diikuti dengan kemajuan teknologi yang sangat berkembang pesat hingga modernisasi terjadi dimana-mana tidak hanya di kota-kota besar saja, tapi juga sampai ke kota-kota kecil. Dulu masyarakat Minangkabau terlebih generasi mudanya lebih senang meramaikan surau, menghabiskan waktu di surau, tapi sekarang dunia modern telah merubah segalanya. Kecanggihan teknologi telah mengalihkan dunia mereka, barang-barang itu lebih mengasikkan ketimbang ke surau.

Bahasa Minang yang mulai hilang
sekarang jarang sekali orang minang menggunakan bahasa minang dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa minang/ baso minang adalah bahasa daerah Minangkabau di Sumatera Barat. Remaja sekarang sudah mulai melupakan bahasa daerah kita sendiri, ini terbukti bahwa mulai dari siswa SD sampai dengan Mahasiswa ketika mereka berkumpul di kafe, di atas angkot dan dirumah selalau menggunakan Bahasa gaul dan Bahasa Indonesia. Apalagi sekarang bahasa gaul banyak sekali, sehingga bahasa minang ditinggalkan begitu saja.

Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya tradisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. 



2 komentar: